Sering kita mendengar keluhan
karyawan lama bahwa mereka diperlakukan tidak adil, karena gajinya lebih kecil
dibandingkan dengan rekan kerja yang bekerja belum lama, sedangkan mereka sudah
bekerja lebih dari 10 tahun atau keluhan mengenai gaji yang tidak sebanding
dengan kinerjanya. Sebenarnya, berapakah gaji yang pantas bagi seorang
karyawan? Perlukah keadilan dalam memberikan gaji? Saya pernah meminta keadilan
pada atasan saya 25 tahun yang lalu. Dia tertawa dan mengatakan bahwa didunia
ini tidak ada yang adil. Yang kelihatan adil, justru tidak adil dan yang
kelihatannya tidak adil, justru yang adil. Sebagai contoh: Anda mempunyai 2
orang anak, 1 duduk di kelas 5 SD dan 1 duduk dikelas 1 SMP. Anda merasa perlu
melakukan keadilan pada anak, maka mereka masing-masing diberi uang saku
Rp.5.000/hari. Uang saku yang sama bagi kedua orang anak kelihatannya adil,
tetapi sebenarnya tidak adil, karena kebutuhan anak di SMP lebih besar dari
kebutuhan adiknya yang duduk di kelas 5 SD.
Agar lebih seru, marilah kita ikuti 3 cerita di bawah sebagai ilustrasi:
Agar lebih seru, marilah kita ikuti 3 cerita di bawah sebagai ilustrasi:
Pemetik anggur:
Pada dua ribu tahun yang lalu, di
Israel telah ada bursa tenaga kerja. Siapa yang ingin memakai tenaga kerja,
dapat langsung ke bursa tersebut untuk mengadakan rekrutmen secara langsung.
Seorang Pemilik kebun anggur melihat bahwa saatnya panen telah tiba. Pagi-pagi,
Ia berangkat ke bursa tenaga kerja dan memilih 10 orang tenaga kerja yang
terbaik. Masing-masing tenaga kerja setuju mendapat upah sebesar Rp.35.000
sehari, selama 8 jam kerja, dengan waktu kerja dari pk.8.00 sd pk.17.00.
Sekitar pk.10.00, Pemilik Kebun Anggur melakukan inspeksi dan melihat bahwa 10
orang tenaga kerja tidak mungkin dapat memetik semua anggur yang ada, maka Ia
kembali ke bursa tenaga kerja dan mendapati tenaga kerja yang tersedia bukanlah
yang terbaik, tetapi hanya tersisa tenaga kerja kelas 2 dan kelas 3. Tenaga
kerja kelas 2 meminta upah Rp.35.000 per hari dengan waktu kerja antara
pk.10.30 sd p. 17.00. Karena tidak ada tenaga kerja lain yang lebih baik, maka
dengan terpaksa Pemilik Kebun menyetujui syarat tersebut di atas dan
mempekerjakan 5 orang tenaga kelas 2.
Sehabis makan siang, Pemilik Kebon
sekali lagi melihat hasil kerja buruhnya dan Ia menilai bahwa tenaga kerja yang
ada tidak mungkin menyelesaikan pekerjaannya tanpa menambah tenaga kerja.
Akhirnya Ia kembali ke bursa dan mendapati hanya ada 3 orang tenaga kelas 3
yang tersisa. Mereka hanya mau bekerja dengan upah Rp.35.000 per hari dengan
waktu kerja dari Pk.13.00 sd pk. 17.00. Dengan sangat terpaksa, Pemilik Kebon mengambil
tenaga kerja kelas 3 ini
Saat pembayaran upah, Pemilik anggur
memanggil buruh kelas 3 terlebih dahulu dan masing-masing menerima upah
Rp.35.000, begitu pula buruh kelas 2 mendapat upah yang sama dengan buruh kelas
3. Akhirnya giliran buruh kelas 1 menerima upah yang juga sama dengan buruh
kelas 2 dan 3. Dengan serentak mereka mengajukan protes, katanya kepada Pemilik
Kebun: “Tuan telah melakukan perbuatan tidak tidak adil bagi kami. Kami adalah
tenaga kerja kelas 1 dan telah bekerja 8 jam penuh, tetapi gaji kami disamakan
dengan gaji karyawan kelas kambing dan mereka hanya bekerja setengah hari saja”
Jawab Pemilik kebon:”Kenapa kamu mengatakan saya tidak adil, apakah saya telah
menciderai janji kita? Pada saat mulai bekerja, anda dengan penuh kegembiraan
menyatakan setuju untuk bekerja 8 jam dengan upah Rp.35.000. Sekarang hak anda
telah saya bayar penuh tanpa kekurangan satu sen pun, lalu kenapa anda tidak
puas? Bukan saya yang berlaku tidak adil, tetapi yang pasti adalah anda yang
Cemburu “.
Koki Istana:
Dikisahkan, ada seorang Koki istana
kaisar Cina yang selalu menggerutu dan tidak puas dengan gajinya. Sebenarnya
gaji koki istana sudah cukup besar dan dapat menghidupi keluarganya secara
layak, tetapi Ia tetap tidak puas, karena Ia tahu bahwa gaji Perdana Menteri
jauh lebih besar dari gajinya. Apa kerja Perdana Menteri? Gerutunya : “Setiap
hari Ia hanya bersenang-senang dan mendampingi kaisar berjalan-jalan”.
Ketidakpuasan Koki telah menarik perhatian kaisar, dan pada suatu hari kaisar
mengajak Perdana Menteri melakukan inspeksi ke daerah dengan naik kapal dan
koki istana juga dibawa ikut serta. Setelah sampai suatu desa, kaisar minta
agar kapal ditambat dan kaisar ingin melihat-lihat seberapa maju desa tersebut.
Pada saat kapal sudah ditambat, kaisar
mendengar bunyi yang aneh dari daratan dan kaisar meminta koki untuk meneliti
sumber bunyi tersebut. Koki turun ke darat dan kemudian melaporkan bahwa bunyi
tersebut berasal dari anak anjing yang baru lahir. Kaisar bertanya:”berapa ekor
jumlah anak anjing itu?”. Koki kembali ke darat dan menjawab ada 5 ekor. Kaisar
bertanya lagi:”berapa ekor jantan dan berapa ekor betina?” Koki kembali kedarat
dan menjawab ada 3 ekor jantan dan 2 ekor betina. Kaisar kembali
bertanya:”bagaimana warna masing-masing anak anjing tersebut?” Koki kembali ke
darat dan menjawab ada 2 ekor belang-belang, 1 ekor hitam dan 2 ekor coklat.
Kaisar kemudian memanggil Perdana Menteri untuk menyelidiki sumber bunyi
didarat. Perdana Menteri pergi ke darat disaksikan oleh koki. Setelah kembali,
Perdana Menteri menjawab:”Tuanku, sumber bunyi adalah berasal dari anak anjing
yang baru lahir. Jumlahnya sebanyak 5 ekor, 3 ekor jantan dan 2 ekor betina,
ada 2 ekor berwarna belang-belang, 1 ekor hitam dan 2 ekor coklaT”. Kaisar
tersenyum dan berkata kepada koki:”sekarang kamu sudah paham.Saya memberikan
kamu pekerjaan dan kamu mengerjakannya sebanyak 4 kali, sedangkan pekerjaan
yang sama dikerjakan oleh Perdana Menteri hanya 1 kali saja. Jadi sudah
sepantasnya gaji kamu jauh lebih rendah beberapa kali lipat dari gaji Perdana
Menteri”.
Buruh Pabrik:
Pada tahun 1985, perusahaan pertama
kalinya menerapkan skala gaji dan penerapan skala gaji ini tidak seluruhnya
dipahami oleh semua karyawan, karena kurangnya sosialisasi. Ada seorang buruh
harian pabrik di Ancol yang tidak mendapat kenaikkan gaji karena berlakunya sistem
baru ini. Buruh ini bertanya kepada atasannya, kenapa Ia tidak naik gaji,
padahal ia merasa tidak pernah bolos dan telah bekerja dengan rajin. Atasannya
menjawab bahwa menurut kepala Personalia, gaji buruh tersebut terlalu tinggi
dan jika tidak puas dapat langsung berhubungan dengan Personalia. Buruh
tersebut telah bekerja lebih dari 10 tahun, kemudian menemui saya dan dengan
agak takut-takut menanya, kenapa gajinya tidak naik. Menurut anggapannya,
gajinya sebesar Rp.1.200 per hari masih relatiF kecil, sedangkan Ia mempunyai 3
orang anak dan gaji tersebut hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja dan
Ia masih belum mampu menabung.
Saya tidak menjawab pertanyaannya
secara langsung dan memberikan ilustrasi sebagai berikut: Pekerjaan anda adalah
mengangkat karung yang berisi poultry feed. Buruh yang baru diterima pada umur
18 tahun, mendapat upah Rp.600 per hari, dan mampu mengangkat sebanyak 100
karung per hari, berarti setiap karung biayanya adalah sebesar Rp.6,- Sedangkan
anda, karena umur sudah di atas 40 tahun, hanya mampu mengangkut 80 karung
perhari, tetapi gaji anda telah mencapai Rp.1.200/hari atau biaya 1 karung =
Rp.15,- Mana yang lebih murah, Rp.6 per karung atau Rp.15 per karung? Jika
menurut pertimbangan
ekonomi, anda harus diberhentikan dan diganti dengan buruh yang lebih murah dan
produktif, tetapi perusahaan tidak memberhentikan anda dan perusahaan
hanya membatasi kenaikkan gaji anda agar perbandingan gaji anda tidak terlalu jauh
dengan gaji buruh lainnya yang setara. Meskipun penggajian ini kelihatannya
tidak adil bagi anda, tetapi justru lebih adil bagi karyawan lainnya yang lebih
produktif. Buruh ini keluar dari kamar Personalia dengan bengong, karena apa
yang dijelaskan kelihatannya masuk diakal, tetapi kenyataan hidup yang harus
dihadapi makin sulit.
Semoga bermanfaat.
by : Herman Pattioso
0 komentar :
Posting Komentar